BEDAH NOVEL METANUSATARA, MEMBEDAH SEJARAH NUSANTARA 

Bertempat di kampus 1 lantai 2, Universitas PGRI Madiun melangsungkan kegiatan bedah buku, pada Senin, 22 Oktober 2018.

Buku yang dibedah pada acara tersebut adalah sebuah novel berjudul Metanusantara karya Suharyoto Sastrosuwignyo. Novel yang memiliki tebal 448 halaman ini bukan sekedar cerita fiksi, melainkan di dalamnya tersimpan bagaimana sejarah panjang tentang bangsa Indonesia atau yang lebih dulu dikenal dengan julukan Nusantara. Sejarah yang terangkum dalam novel Metanusantara ini lengkap mulai dari zaman kerajaan hingga merambah pada era di mana teknologi semakin canggih. Dengan melakukan bedah Novel Metanusantara ini, secara tidak langsung juga membedah tentang sejarah Nusantara.

Kegiatan bedah buku ini tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas PGRI Madiun saja, melainkan juga dibuka untuk umum.

Rian Alfianto, mahasiswa selaku panitia acara bedah buku ini memaparkan bahwa “Tujuan dari kegiatan bedah buku ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat umum yang berpartisipasi mengenai sastsa. Selain itu juga dengan pokok pembahasan Buku Metanusantara ini, diharapkan kita semua dapat lebih mengenal secara mendalam lagi mengenai sejarah bangsa kita.”

Yang menarik dari kegiatan bedah buku  ini adalah pembedah buku adalah si penulis sendiri yaitu Suharyoto Sastrosuwignyo atau yang lebih dikenal dengan nama Aryo Metateater. Dengan didampingi Bapak Panji Kuncoro Hadi yang merupakan salah satu dosen Universitas PGRI Madiun sebagai moderator, Suharyoto Sastrosuwignyo memaparkan banyak perihal isi dari buku yang ditulisnya. Pemaparannya pun menimbulkan banyak pertanyaan bagi peserta bedah buku, sehingga mereka antusias mengajukan pertanyaan kepada pemateri.

Suharyoto Sastrosuwignyo berpesan kepada para peserta bedah buku agar mereka tidak hanya menjadikan kata-kata “Jas Merah” sebagai sebuah slogan belaka, namun benar-benar menanamkan hal tersebut kepada diri masing-masing peserta, sehingga mau mempelajari sejarah dan kebudayaan asli Indonesia.

Pada kesempatan tersebut Suharyoto Sastrosuwignyo juga membawa banyak novel untuk bisa dibeli oleh para peserta bedah buku.