Berbakti Kepada Bangsa : Menjadi Guru di Daerah 3T 

Menjadi seorang sarjana tidak cukup hanya mendapat gelar saja, namun harus didukung dan ditunjang dengan kompetensi, memiliki komitmen, motivasi sehingga para sarjana mampu mengembangkan diri di era global seperti saat ini. Terutama ketika mengingat permasalahan pendidikan di Indonesia yang belum merata, gelar saja tidak akan bisa mengatasi permasalahan tersebut. Dibutuhkan tekad, mental, bahkan materi untuk mengatasinya.

Dalam sesi sharing pembekalan alumni hari ke-3, S.Pd, mahasiswa calon sarjana diberi banyak sekali motivasi-motivasi bermanfaat dari para narasumber yang luar biasa. Salah satunya datang dari Wahyu Kurniawan, S.Pd, alumni Pendidikan Fisika Universitas PGRI Madiun yang berbagi pengalamannya selama menjadi guru di daerah 3T tepatnya di SMP N 1 Ilaga, Papua.

Masalah pendidikan paling utama di daerah 3T diantaranya kurangnya tenaga pendidik, sarana dan prasarana yang sangat kurang, kualitas pendidikan yang rendah, serta kondisi dan budaya yang kurang mendukung. Namun hal tersebut tidak menjadi penghalang Wahyu Kurniawan, menurut Wahyu Kurniawan hal itu adalah sebuah tantangan yang harus dilewati satu persatu. Bagaimana seorang guru harus menghadapi perbedaan budaya dan mengajar dengan sarana dan prasarana terbatas. Di sinilah kompetensi, komitmen, motivasi serta kemampuan mengembangkan diri seseorang dibutuhkan.

“Ketika menjadi pendidik di daerah 3T, selain beberapa hal di atas yang harus saudara persiapkan adalah mental, materi dan perangkat pembelajaran,” ungkap Wahyu Kurniawan (3/9). “Selain itu sebagai pendidik juga harus mampu memahami kekurangan siswa, jangan sampai memaksa siswa untuk belajar tapi dibimbing dandiberi motivasi untuk terus belajar,” tambahnya.