Catatan Kisah Bhinneka Tunggal Ika di Bumi Sumatera Utara Oleh Lusi Dhea Agustin Mahasiswa PGSD UNIPMA 

Sebelum terpilih mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Lusi Dhea Agustin mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Madiun (PGSD Universitas PGRI Madiun) mendapat kesempatan mengikuti Flasgship Program Kampus Merdeka selama 2 kali, yakni  Kampus mengajar Angkatan 4 di SDN 2 Wotan Pulung Ponorogo, dan Magang Studi Independent di PT Maleo Teknologo Edukasi.

Bisa dibilang, Lusi merupakan seseorang yang tidak mau menyerah bila kesempatan ada didepannya. Mengacu dari quote Najwa Shihab yang berbunyi “Hidup yang tak pernah diperjuangkan tidak pernah dimenangkan”, Lusi akan terus mengudara bagaikan langit dan bumi untuk menuju sukses di masa depan.

Perempuan ceria tersebut terpilih mengikuti program MBKM yang telah diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Semua dilaksanakan untuk menyikapi kebutuhan abad 21 mendatang dengan penyempurnaan sistem Pendidikan Nasional untuk memberlakukan Kurikulum Merdeka.

“Pemuda adalah agent of change dalam kehidupan, signifikasi peran pemuda sangatlah besar terutama dalam membangun generasi emas 2045 untuk Indonesia maju dengan kearifan lokal diera digital ini”. Ujar Lusi, Senin, 04/12/2023.

Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara terpilih menjadi jejak tumbuh dan berkembang Lusi dalam menjalani Program Pemerintah. Dia merupakan kesekian ratus mahasiswa yang terpilih untuk menjadi peran merubah bangsa ini melalui program Modul Nusantara. Sebab, Modul Nusantara memberikan warna baru belajar tidak hanya berpaku pada internal akademik semata namun harus diintegrasikan dengan mengenali wawasan kebudayaan di Indonesia.

Tidak berhenti disitu, tugas Lusi juga menjunjung toleransi, saling menghargai dan bangun sinergitas agar tidak terjadi misskomunikasi. Karena, di Medan merupakan perkumpulan berbagai etnis budaya seperti, Batak, Melayu, Mandailing, Karo, Pak Pak, Simalungun, dan lain-lain.

“Banyaknya etnis dan agama yang berbeda, masyarakat tidak pernah memperdebatkan hal tersebut karena memang persatuan dan persaudaraan disini sangatlah kuat. Meskipun statment  masyarakat Medan ini logatnya keras tetapi dibalik ini semua mereka berhati baik dan suka menolong sesama”. Ujar Lusi saat diwawancarai.

Rupanya, pengalaman terjun mengikuti Program MBKM dari Kemendikbduristek menjadi modal penting bagi Lusi, tidak heran ia memiliki poin catatan cerita selama program tersebut berlangsung.

  1. Catatan kegiatan akademik Universitas Negeri Medan merupakan kampus yang menerapkan kurikulum KKNI yaitu kurikulum yang pada setiap mata kuliahnya mempunyai 6 tugas pokok yaitu ada Critical Book Review (CBR), Critical Jurnal Review (CJR), Rekayasa Ide (RI), Mini Riset (MR, Tugas Rutin (TR) dan Project. Kemudian fasilitas yang terdapat di Universitas Negeri Medan antara lain, digital library, Lapangan Serbaguna, Stadion unimed, Auditorium, Kolam Renang, tempat ibadah, kantin dan lainnya.
  2. Kegiatan modul nusantara, tergabung pada kelompok 8 bernama “Sitiga Bolit”, nama diambil dari dari Gorga Sumatera Utara yang terdiri dari 3 warna yaitu hitam, putih, dan merah. Penuh filosofi dan Modul Nusantara  memiliki kegiatan refleksi, inspirasi, kebhinekaan dan kontribusi sosial. Melalui ke empat kegiatan ini Lusi dan kelompok mengekplore budaya dari masyarakat Sumatera Utara.Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan rasa cinta tanah air, sharing kebudayaan dan meningkatkan edukasi terhadap perbedaan. Tempat yang digunakan ialah Pekan Raya Sumatera Utara, Museum Sumatera Utara, Masjid Raya Al Mahsun, Istana Maimun, Agrowisata Paloh Naga Kampung Lama, Sanggar Lingkaran, dan Pantai Sri Mersing. Kemudian, Lusi menuju Desa Partungkoan Naginjang, tidur di rumah bolon serta melakukan kegiatan refleksi, inspirasi, kebhinekaan, dan bersosialisasi dengan narasumber desa setempat. Desa Partungkoan Naginjang dikenal sebagai Negeri diatas awan karena suhu mencapai 12 derajat celcius. Lalu, berkunjung ke Danau Toba dan Pulau Samosir dengan panorama indah serta alam yang asri. Tidak lupa mengunjungi Bukit Holbung the wonderfull of Sumatera Utara dan  melihat Danau Toba dari atas bukit.  Mitosnya jika bisa naik hingga atas akan langgeng hubungan persaudaraannya. Berkunjung ke Sigale-Gale, desa Tomok serta ke Bukit Gundaling dan mengunjungi Taman Alam Lumbini. Dari Modul Nusantara ini, Lusi merefleksikan di Sanggar Lingkaran Kampung Lama Desa Denai Lama Kabupaten Deli Serdang, ia membahas terbentuknya Sanggar Lingkaran dan Pasar Kamu (Karya Anak Muda).
  3. Lokal Wisdom Medan, dimana logat masyarakat Medan sangat berbeda dengan Jawa. Diksi bicara, jenis makanan, kendaraan, selera, seni dan budaya sangat berbeda. Tinggal bersama di Rusunawa, Asrama, Mess, dan Asrama Uma, semua berkumpul dan saling tukar budaya. Dengan memanfaatkan fasilitas, Lusi bersama mahasiswa PMM lainnya berkarya dengan mengadakan kegiatan mengaji dan dialog kebudayaan. Tak hanya itu, mahasiswa PMM juga ada devisi kesehatan untuk membantu cepat tanggap semisal ada yang opname di RS bisa membantu.
  4. Memiliki kesempatan untuk memperingati HUT RI, para mahasiswa PMM membuat perlombaan untuk menyambung silahturahmi dan merayakan kemeriahan Ulang Tahun Negara kesatuan Republik Indonesia. Lalu ada juga kegiatan Festival Budaya se Sumatera Utara yang diikuti kurang lebih 1000 mahasiswa Inbound di Medan. Festival budaya ini dilakukan di Auditorium USU, acaranya menampilkan tarian dari beberapa suku di Indonesia, fashion show, dan menyanyikan pelajar pancasila.
  5. Pembelajaran mengurus financial, mulai dari catatan pengeluaran dan pemasukan. Apalagi ditambah untuk kebutuhan pokok di Medan tergolong murah.

Dia berharap, melalui program PMM ini bisa memberikan dampak luar biasa mengenai toleransi dan menjadi generasi muda berkarakter untuk terus menanamkan nilai-nilai Pancasila. “Dibawah naungan panji garuda, atap Bhinneka Tunggal Ika, kesatuan menyatukan kita semua”. Tutup Lusi sebelum wawancara ditutup.